Kamu sudah jadi pemimpin seperti apa?

“Setiap dari kita dalah pemimpin. Setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya”



10 bulan saya berada di asrama ini. asrama yang bernamakan “Rumah Kepemimpinan”, dengan segala jadwal padatnya, acara malamnya, tugas bulanannya, dan masih banyak lagi kegiatan di sini yang tidak semua bisa didapatkan di tempat lain. Dengan segala bekal yang telah didapat, malam itu, kami diajak untuk merefleksikan diri, kamu sudah menjadi pemimpin seperti apa?
Malam dan pagi, 2 sesi acara leaders and leadership kami belajar tentang seni kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, serta Nabi Musa dan Nabi Khidir.

Nabi Daud dan Nabi Sulaiman memiliki kesamaan, yaitu sama-sama raja yang berwatak kenabian. Namun, pada cara penyelesaian masalah, kedua nabi ini memiliki cara yang berbeda. Alkisah, nabi daud didatangi oleh 2 orang ibu-ibu. Satu ibu muda, dan satu lagi tampak lebih tua. kedua ibu ini memiliki bayi yang wajahnya mirip, namun 1 dari bayi mereka mati dimakan hewan buas. Kedua ibu ini kemudian memperebutkan nayi yang masih hidup. mereka mendatangi nabi daud untuk meminta jalan penyelesaian. Nabi Daud merasa ibu yang lebih tua tentu lebih jujur, pastilah ibu yang lebih tua yang merupakan pemilik bayi itu. maka, diberilah bayi itu kepada ibu yang lebih tua.
Ibu muda tak terima. Ia mendatangi nabi Sulaiman yang saat itu masih menjadi putra mahkota. Nabi sulaiman mendengarkan cerita ibu itu dengan saksama, kemudian memanggil ibu yang lebih tua. Nabi Sulaiman meminta bayi itu diletakkan di lantai, kemudian ia menyarankan bayi itu dibelah dua saja biar adil. Ibu yang lebih tua hanya termenung, dan tidak merespon apapun. Namun, ibu muda menangis tersedu-sedu, memoho untuk tetap membiarkan bayi itu hidup. dua respon yang berbeda menghasilkan kesimpulan bagi nabi sulaiman. Tidak akan ada seorang ibu yang rela anaknya dibelah dua, karena itu sama saja membunuhnya. Maka, bayi itu ditetapkan sebagai milik ibu muda. Ibu yang lebih tua akhirnya menerima dengan lapang dada.

Terdapat kisah lain tentang dua pekebun, pekebun 1 merasa dirugikan oleh kambing yang diternak oleh pekebun 2. Kebun itu rusak karena diinjak-injak oleh kambing milik pekebun 2. Dua ekebun itu datang ke nabi daud dan sulaiman. Nabi daud menyarankan bahwa pekebun 2 menyerahkan kambingnya untuk pekebun 1. Namun, pekebun 2 pastinya tidak lagi memiliki wadah untuk mencari rezeki. Sehingga, nabi sulaiman mengusulkan, pekebun 1 akan merawat kambing milik pekebun 2 hingga beranak dan menghasilkan susu, sedangkan pekebun 2 merawat kebun yang rusak selama satu tahun. Maka di akhir kisah, kedua pekebun ini memiliki keuntungan yang sepadan.
Dalam menghadapi suatu masalah, sejatinya, kita harus melakukan tiga hal, sebagaimana yang diperintahkan pada Qs. Al-anbiya ayat 78-79. Pemahaman yang menyeluruh tentang masalah akan melahirkan suatu kepekaan analisis yang akan membantu dalam penyelesaian masalah. Dari dua kisah diatas, nabi Daud terlihat lebih mengandalkan kepekaan nurani. Hal ini mungkin disebabkan karena nabi daud lebih sering terjun langsung ke lapangan. Sedangkan nabi Sulaiman mengandalkan serangkaian data dan fakta untuk mendunkung analisisnya. Nabi sulaiman yang belum menjadi raja, lebih gemar membaca buku sehingga beliau mengetahui teori-teorinya, yang kemudian beliau terapkan dalam proses pemecahan masalah.

Berikutnya, kami belajar tentang bagaimana nabi khidir mengajarkan nabi musa arti sebuah pemimpin. Bagaimana Nabi Musa yang saat itu merasa dirinya yang memiliki paling banyak ilmu di dunia, ditegur secara keras oleh Allah dan dipertemukan oleh Nabi Khidir. Nabi khidir dan nabi Musa kemudian menyepakati kontrak belajar. Nabi khidir memperlihatkan tiga cara aneh dalam menghadapi suatu masalah. Pada akhirnya, Nabi khidir bermaksud memberikan Musa tiga pelajara. Pelajaran pertama adalah untuk selalu menjaga penampilan perahu (organisasi) agar selamat sampai pelabuhan. Baiknya kita terlebih dahulu memperkuat visi misi organisasi sebelum berusaha mengkritik tirani. Pelajaran kedua adalah untuk meluruskan motivasi bibit-bibit penyimpangan dengan terlebih dahulu membunuh tirani dalam diri sendiri sehingga mampu memberi pengaruh kepada orang lain. Pelajaran ketiga adalah untuk membangun dinding yang kuat untuk selamatkan “warisan terpendam”. Warisan terpendam yang dimaksud disini adalah visi-misi organisasi serta potensi-potensi organisasi yang belum tergali.
Dari dua kisah diatas, saya menarik pelajaran bahwa menjadi pemimpin haruslah mempunyai impact yang besar. Seorang pemimpin juga merupakan long life learner dan senantiasa berusaha untuk meng-improve dirinya sendiri. Tidak takut untuk melewati batas dan meninggalkan status quo dengan melakukan banyak tazkiyatun Nafs dan muhasabah. Bukan kausalitas material yang menentukan kemenangan dari seorang pemimpin, namun kausalitas transedental yang perlu kita perkuat guna memberikan impact bagi orang lain.

Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Pun melahirkan seorang pemimpin juga bukan hal yang mudah. Tak ada pelaut yang hebat lahir dari laut yang tenag, pun juga hal nya pemimpin.

Selamat menembus batas. Selamat meninggalkan status quo. Selamat meraih mimpi.

Comments

Popular Posts